Bila anda meyakini akan adanya keajaiban, maka hanya ada dua cara untuk menjalani hidup ini. Yang pertama, mengutamakan pencapaian kualitas hidup ini seolah-olah tidak ada keajaiban bagi anda, kecuali bila anda menyebabkan keajaiban itu.
Yang kedua, adalah menikmati hidup seolah-olah segala sesuatu dalam kehidupan adalah keajaiban.
Keyakinan yang pertama akan menjadikan anda mengubah nasib, dan yang kedua akan menjadikan anda mudah bernasib baik.
Walaupun keajaiban itu ada, tetapi kekuatannya bergantung kepada keyakinan anda.
Untuk anda yang betul-betul meyakini adanya keajaiban, sesungguhnya anda tidak lagi membutuhkan keajaiban - karena keberserahan anda kepada hukum sebab-akibatnya - akan menjadikan anda berhak hidup dalam keajaiban.
Tetapi bila anda meragukan, dan bahkan lebih buruk lagi - menolak adanya keajaiban, tidak akan ada keajaiban yang cukup untuk membantu anda. Karena, bahkan bila keajaiban itu ada di depan mata anda - anda akan menelantarkannya seperti sepatu usang.
Keajaiban terlahirkan dari ibu yang disebut 'kesulitan' dan ayah yang disebut 'upaya'
Tidak ada keajaiban yang diperlukan, bila kita tidak sedang dirundung kesulitan. Sehingga sebetulnya ukuran keajaiban yang menjadi hak anda adalah sebanding dengan ukuran kesulitan anda. Maka, melalui linangan air mata itu retakkanlah secarik senyum penuh harap, karena sebetulnya sedang dijanjikan sebuat keajaiban besar bagi anda. Namun ingatlah, bahwa pemunculan keajaiban itu sering tertahan oleh tutup batu berat yang hanya bisa terangkat oleh kesungguhan upaya anda.
Upaya pembebas keajaiban harus bertenaga besar, dan tenaga itu adalah keberanian
Tidak sedikit orang, mungkin juga termasuk kita, yang sebetulnya sudah meyakini bahwa tidak akan datang perubahan nasib bagi seseorang kecuali bila ia berupaya. Tetapi keyakinan itu hanya tampil sebagai ungkapan bijak yang keluar dari bibir yang juga giat memberikan penjelasan mengapa dia masih menunda pelaksanaan dari rencana-rencana bagi keberhasilannya.
Seharusnya seseorang yang yakin adalah seseorang yang berani, karena keyakinan adalah kunci menuju penyerahan. Dan orang yang berserah tidak memiliki lagi keraguan. Dan tidak adanya keraguan adalah sama dengan keberanian. Lalu bila anda sudah lantang menyebut diri anda seorang yang beriman, manaa... keberaniannyaa..?
Keberanian adalah kekuatan untuk bertahan sedikit lebih lama.
Sebetulnya setiap pribadi biasa dan rata-rata akan menjadi seorang panglima yang gagah berani - bila saja dia bersedia untuk memaksa dirinya untuk bertahan dalam upayanya - sedikit lebih lama daripada mereka yang berani. Karena kekuatan untuk bertahan itu mudah bagi yang dia sudah terjepit dan tersudut, maka sebetulnya janji akan datangnya keajaiban kepada dia yang berani adalah sebuah keniscayaan.
Have a super day !
By Mario Teguh
No comments:
Post a Comment